ditulis pada : 04-02 -2014
Indah...
Bunga disudut sana amat indah layaknya
sang bidadari turun ke bumi dengan pancaran sinar wajah yang amat jelita...
Sungguh, aroma sukacita tercium hingga
ke titik terjauh dalam perut bumi...
Namun rupanya,..bahagia itu tak
selamanya mendiami jiwa ini...
Sungguh,..tersentak sekali hati
menerima...
Sungguh,..terkejut hngga tak sampai hati
dapat kuat menahan pilu...
Sungguh,..bulir-bulir air mata jatuh bergelimpangan
laksana prajurit perang yang tumbang dalam medan tempur...
Tak kuasa,..tak kuasa tegak berdiri
untuk tegar hadapi ini...
Hhh...
Entah,..entahlah apalagi yang harus
kuperbuat...
Haha..mungkin hati ini telah lelah...
Ya, lelah,..mungkin amat lelah untuk
terlalu sering menerima kebohongan belaka,..menerima hal yang tak
pasti,..menerima alasan-alasan yang amat perlu dipertanyakan kebenarannya...
Hemm..sudahlah,..sudah cukup pahit yang pernah
ku terima itu...
Rasanya,..perih,..luka yang ku genggam
kala itu...
Luka yang tiba-tiba hinggap laksana kupu-kupu
yang hinggap pada bunga nan indah jelita...
Perih, bahkan teramat pedih jika luka
itu menganga kembali...
Kini,..ya hambar terasa bak masakan tak
ada bumbu sedikitpun...
Hambar,..kosong,..datar,..tak ada
apa-apa laksana secangkir gelas yang hilang airnya...
Ketika cerah muncul,..semua itu karena
orang-orang tersayang yang benar-benar peduli dan tak berkhianat sedikitpun terhadap
diri ini...
Ya,..tak ada gunanya jika hanya sukacita
diawal saja,..namun jika pada akhirnya pun kau torehkan segenggam luka yang membekas,..yang
sewaktu-waktu dapat terkelupas dan memberi duka mendalam...
Sudahlah,..tak penting lagi jika semua
yang telah kupertahankan dianggap remeh begitu saja,..atau bahkan tak dianggap
sedikitpun...
Pandai kau bersilat lidah...
Tak apa,..tak apa,..biarlah semua yang
kau sia-siakan menjauh darimu...
Jauh,..bahkan amat jauh laksana bintang
dilangit yang hanya dapat dinikmati sinarnya saja dari bumi nan luas...
Janganlah kau menyesali setelah apa yang
kau sia-siakan pergi entah kemana...
Entahlah,..apa sebenarnya hati ini dapat
menerima permintaan maafmu..
Entah,...
Biarlah sang waktu yang menjawab...
Tuhan itu adil, bahkan sangat adil...
Ku percayakan semuanya hanya pada-Nya
pemilik hati yang kekal...
Sudahlah,..sudah cukup jika hati ini terus
saja diiris-iris laksana pisau tajam mengiris daging segar...
Tak pernah ku ingin hanya sebatas
kata-kata manis yang terlontar darimu...
Bukan,..bukan itu,..
Tak sepantasnya kau melukai hati yang
sesungguhnya kau pun tahu tulus yang kuberi...
Sudah,..sudah cukup saja dariku...